Wednesday 23 July 2008

Sejauh Mana Seorang Motivator Bisa Menolong Anda?

Dari tulisannya Kang Dadang,

Sejauh Mana Seorang Motivator Bisa Menolong Anda?

Hore,
Hari Baru!
Teman-teman.

Ada sebuah fenomena menarik dalam dunia perseminaran. Terutama
seminar-seminar motivasi. Para motivator hebat berusaha keras
mencurahkan segenap kemampuannya dalam memotivasi perserta. Dan
tentu saja, begitu banyak yang termotivasi sehingga sering terjadi
keriuhan luar biasa didalam ruangan seminar itu. Semakin lihai sang
pembicara membawakan materi trainingnya, semakin terbakarlah
semangat mereka. Dan disore hari, seminar itu pun berakhir. Keesokan
paginya semangat itu masih ada dalam dada para peserta. Seminggu
berikutnya, masih cukup banyak yang tersisa. Waktu sebulan berjalan,
masih lumayan. Sekuartal berlalu, sudah sebagian besar yang tanggal.
Padahal. Bukankah tujuan membayar dan mengikuti seminar itu adalah
untuk menjadikan diri kita lebih handal? Tapi, apakah itu mungkin
jika semua pelajaran dan semangat yang didapat menguap secepat
kilat?

Ada banyak bukti bahwa seminar motivasi sering tidak meninggalkan
bekas yang berarti. Meskipun perusahaan sudah mengeluarkan uang
banyak, namun para karyawan yang dikirim ke seminar itu tidak
menunjukkan perubahan yang signifikan kecuali untuk jangka waktu
yang singkat saja. Perilaku dan sikap mereka kembali `normal' tak
lama kemudian. Mungkin memang benar, bahwa ada begitu banyak faktor
penyebabnya. Tidak perlu dipungkiri bahwa kualitas dan teknik yang
digunakan oleh para motivator merupakan salah satunya. Faktor kedua
adalah, dukungan lingkungan perusahaan itu sendiri. Seseorang yang
saya kenal dengan sangat dekat berkata:"Gue sudah diikutkan training
yang canggih-canggih. Tapi begitu gue presentasikan proposal program
kepada para boss, eeeh, mereka malah mengatakan bahwa this company
doesn't need such sophisticated project…." Orang ini sudah terbang
ke berbagai negara, menempa diri nyaris tanpa henti, dan belajar
dari cukup banyak profesor. Tetapi, perusahaan tidak memiliki lahan
yang cukup subur untuk memungkinkan benih-benih inovasi hasil dari
proses belajarnya tumbuh optimal.

Faktor ketiga tentu saja ada disisi karyawan atau peserta training
itu sendiri. Saya sering bertanya-tanya; apa yang menyebabkan
seorang karyawan dan peserta training seperti kita ini hanya sanggup
mengingat dan menyerap semangat dalam rentang saat yang teramat
singkat? Begitu banyak orang yang percaya bahwa semuanya itu
bermuara kepada sesuatu yang disebut sebagai `follow up'. Oleh
karena itu, tidak terlampau mengejutkan jika saat ini banyak lembaga
training, motivator dan trainer yang menawarkan program follow up
pasca seminarnya. Dan perusahaan yang percaya bahwa follow up itu
penting, bersedia membayar program tambahan itu dengan harapan bahwa
para karyawan bisa benar-benar menuangkan apa yang dipelajarinya
didalam karya nyata kehidupan kerjanya sehari-hari. Lalu, apakah
usaha itu membuahkan hasil? Masih harus kita kaji lebih lanjut.
Mengapa? Karena, segera setelah program follow up tiga bulan, enam
bulan, atau satu tahun itu berakhir, maka nyaris berakhir pulalah
bekas yang ditimbulkannya.

Menurut seorang teman, memang sudah hukumnya begitu; pelajaran yang
didapat dari sebuah seminar hanya bakal nyantol sekilas, laksana
mobil yang melintas dijalan tol. "Lagipula, yang pantas memikirkan
hal begituan itu ya para motivator dan perusahaan," katanya. "Bukan
karyawan seperti kita-kita ini."

Memang, ini bukan tempat yang tepat untuk membahas faktor pertama,
karena adalah diluar jangkauan kita untuk mengomentari para
motivator. Sebab, setiap motivator memiliki gaya, teknik, dan
kemampuan tersendiri. Meskipun tak jarang yang meniru orang lain,
namun keunikannya sebagai individu cukup menjadi bekal bahwa setiap
motivator itu juga unik. Juga, bukan wewenang kita mencampuri
kebijakan perusahaan yang tidak sungguh-sungguh menyiapkan ruang dan
kesempatan tempat tumbuhnya gagasan-gagasan dan sistem nilai baru
yang dibawa karyawannya sebagai oleh-oleh. Tapi barangkali, sebagai
teman seperjalanan dalam proses bertumbuh dan berkembang ini, kita
bisa saling berbagi dalam menemukan jalan terbaik untuk
mengoptimalkan proses belajar kita selama ini. Supaya benar-benar
ada manfaat nyata bagi kehidupan kita.

Suatu waktu, istri saya mengatakan; "Kamu terlalu banyak berpikir,
chayank." Ketika itu saya masih terperangkap dihadapan layar
monitor lap top, sedangkan dia sudah siap dengan perlengkapan
fitness-nya. "Sekarang ikut aku ke fitness center," katanya. Dan
seperti kerbau dungu yang dicocok hidungnya, saya menurut saja.
Karena memang sudah sangat lama kegiatan olah raga saya tidak lagi
teratur, meskipun sangat menikmatinya. Itu bisa menjadi alternatif
hiburan lain selain cream-bath di bioskop dan nonton di salon. Aih,
terbalik ya? Cream-bath di salon dan nonton di bioskop. Wah, boleh
juga tuch kalau membuka salon yang menyediakan personal LCD untuk
memutar film box office saat menjalani cream-bath, dan didalamnya
dilengkapi fasilitas fitness. (Ting…!)

Saya hendak berpindah ke area treadmills saat mata saya menempel di
permukaan sebuah dinding. Ada dua buah kalimat yang sangat menarik
tertulis disitu. Sungguh, saya tidak pernah merasa bosan untuk
menikmati sensasi yang ditimbulkan kedua kalimat itu. Setiap kali
saya datang dan membacanya, selalu ada semangat baru yang tumbuh
didalam diri saya. Jadi, tidak peduli berapa kali saya melihatnya,
saya tidak pernah merasa bosan membacanya. Dan kalimat itu
berbunyi; `Motivation is what gets you started'. Untuk memulai
melakukan hal besar, kita membutuhkan sesuatu yang memotivasi.
Masalahnya, sebuah proyek besar atau perubahan perilaku tidak hanya
bisa diselesaikan dengan sekedar memulainya. Melainkan dengan
menjalaninya secara konsisten, hingga tujuan kita tercapai. Dan
sepertinya kita sudah tahu bahwa para motivator disetiap seminar
hanya bisa mengantarkan anda kepada tahap memulai. Jadi, tidak heran
kalau begitu banyak orang yang menggebu-gebu saat keluar dari ruang
seminar, dan melempem lagi di keesokan harinya.

Orang-orang antusias mempunyai trik tersendiri, yaitu; terus
mengejar kemanapun dan dimanapun sang motivator menyelenggarakan
seminarnya. Dengan cara itu, mereka bisa mempertahankan motivasinya
agar tetap tinggi. Masalahnya, jika waktu kita dihabiskan untuk
membuntuti dan mendengar mereka bicara, kapan kita bertindaknya?
Lagipula, apakah kita akan terus-menerus bergantung pada sang
motivator? Jika uang anda tidak cukup untuk membayar ongkos
seminarnya, apakah anda masih bisa mengikuti sesi-sesinya?

Selain itu, kita perlu menerima kenyataan bahwa motivator juga
manusia. Ada kalanya mereka salah. Kadang mereka terlalu sibuk untuk
menerima telepon penuh rasa ingin tahu anda. Atau sekedar menjawab
email anda. Jika demikian, bukankah perjalanan kita menuju
pertumbuhan bisa terancam? Jadi, adakah alternatif lain selain yang
itu? Tentu saja ada! Tahukah anda, bagaimana caranya? Cari motivator
lain yang tidak akan pernah menomor duakan anda. Yang tidak peduli
apakah saat itu anda memiliki uang atau tidak. Yang bersedia
mendengarkan apapun keluhan anda. Dan yang selamanya ada disisi
anda. Emangnya ada motivator seperti itu? Sebelum saya menjawabnya;
maukah anda menyebut motivator yang seperti itu – jika ada – sebagai
motivator sejati kelas wahid? Ya, anda tentu setuju bahwa motivator
yang macam itulah yang pantas mendapatkan gelar bergengsi itu.
Sebab, hanya dia yang bersedia melakukan segalanya untuk anda.

Apa tadi pertanyaan anda? `Emangnya ada motivator seperti itu?' Saya
bilang; ADA! Percayalah. This kind of motivator really exists here
on the earth! Tahukah anda siapa dia? Dia adalah orang yang paling
dekat dengan anda. Pacar? Bukan. Istri? Bukan. Anak-anak anda? Juga
bukan. Jadi siapa? Anda benar; `diri anda sendiri'. Jika anda mampu
menjadikan diri sendiri sebagai motivator utama dalam hidup anda,
maka anda sudah mendapatkan the true motivational source. Dan.
Itulah. Yang biasa. Kita sebut. Sebagai. Internal motivation.

Selama diri anda ada, maka selama itu pula anda termotivasi. Selama
itu juga anda bersedia meneruskan perjalanan untuk bertumbuh
kembang. Dan, tepat disaat anda secara konsisten mampu menjalaninya,
semua berubah menjadi sebuah kebiasaan. Dan, tepat disaat sesuatu
menjadi kebiasaan, anda mulai merasakan segalanya berjalan secara
otomatis. Tanpa paksaan. Tanpa keharusan. Tanpa perlu energi fisikal
dan emosional yang besar. Persis seperti bunyi selanjutnya dari
kalimat yang tertulis didinding fitness center itu, bahwa: `Habit is
what keeps you going'. Mengapa? Karena anda, baru saja mencapai
sebuah tatanan baru yang disebut sebagai unconscious competence. Dan
itulah saat dimana anda secara sempurna berhasil mengadopsi suatu
perilaku, atau keterampilan baru.

Lima juta tahun yang akan datang, kita semua akan menjadi fosil.
Seorang arkeolog dijaman itu menemukan puing-puing bangunan fitness
center itu. Dan didinding bangunan itu, mereka menemukan sebuah
tulisan kuno. Dan. Ketika diterjemahkan, tulisan itu
berbunyi; `Motivation is what gets you started. Habit is what keeps
you going'. Motivasilah yang mampu mendorong anda untuk memulai
sesuatu. Sedangkan kebiasaan menjadikan anda untuk terus bertahan
dijalur itu, hingga anda sampai kepada tujuan hidup yang ingin anda
wujudkan. Dalam setiap seminar tentang arkeology dan antropology
yang diselenggarakannya; sang arkeolog selalu menyampaikan pesan
dididing fitness center kuno itu. Sebab, dia percaya bahwa; jika
anda berhasil menjadikan diri anda sendiri sebagai motivator
pribadi. Dan anda berhasil membangun kebiasaan-kebiasaan positif
yang bisa menjamin anda terus bertahan dalam setiap perjuangan
hidup. Maka. Anda benar-benar telah menjadi. Manusia modern. Yang
sangat handal.

Hore,
Hari Baru!
Dadang Kadarusman
http://dkadarusman. blogspot. com/

Monday 7 July 2008

Maaf Anda Saya Tipu :-)

Sapet artikel menarik dari Bang Norman,

Dalam situasi sulit seperti sekarang ini, semakin banyak orang yang tertipu karena mereka ingin keluar dari kesulitan ini dengan cepat dan mudah. Orang-orang semakin ingin sesuatu yang instan seperti makan mie instan. Tidak sedikit pula pengusaha yang tertipu, karena banyak para pengusaha yang memiliki sifat impulsif : cepat bertindak tanpa banyak berpikir, karena takut peluang tersebut hilang.

Beberapa waktu yang lalu, salah satu stasiun TV menayangkan sebuah liputan investigasi : sebagian orang di negara ini dikejutkan oleh berita bahwa ada seseorang yang selama ini tidak dikenal, tetapi tiba-tiba meng-claim memiliki kekayaan sebesar Rp. 18.000 triliun yang didapat dari peninggalan orang tuanya. Ia mengadakan temu publik dan setiap pengusaha yang diundang boleh membawa proposal. Yang datang berduyun-duyun, minta dana untuk projek senilai miliaran rupiah hingga yang tertinggi Rp.15 triliun. Banyak yang datang adalah mereka yang telah memiliki usaha, bukan kalangan menengah bawah. Sampai sekarang, dana yang diharapkan tidak kunjung datang, padahal dijanjikan akan diberikan di bulan Juni 2008.

Dalam memberikan training kepada Sales Force perusahaan-perusaha an saya suka bertanya kepada peserta "Apakah saya boleh menjamah-jamah tubuh istri anda?". Apa reaksi anda? Jika anda tidak setuju atau marah atau tersinggung, itu berarti anda bereaksi dengan perasaan bukan pikiran. Kenapa demikian? Karena anda tidak mencari tahu terlebih dahulu, kenapa atau dalam konteks apa saya hendak "menjamah" tubuh istri anda. Kalau dalam konteks "medis", dimana istri anda harus diberikan napas buatan dan dipompa dadanya, maka mau tidak mau, suka tidak suka, anda pasti memperbolehkan saya "menjamah" tubuh istri anda. Demikian pula dengan kasus dana ribuan triliun, banyak orang hanya menggunakan perasaan bukan pikiran. Orang-orang terkaya di dunia saja seperti Warren Buffet dan Bill Gates, tidak memiliki Rp. 1000 triliun!!! Padahal mereka dikenal di dunia dan selalu menghias berita bisnis. Bagaimana bisa orang yang tidak pernah diketahui asal usulnya apalagi kepiawaian
bisnisnya, tiba-tiba memiliki Rp. 18.000 triliun.

Contoh lain lagi : saya sering mendapatkan email yang menawarkan cara cepat menjadi kaya. Walaupun saya tahu ini penipuan, saya ingin tahu bagaimana cara mereka menipu orang lain. Kebanyakan yang digunakan adalah dengan menggunakan Piramida Ponzi, yang bawah menopang yang diatas. Yang duluan mendaftar akan mendapat manfaat, yang di bawah ketiban sialnya. Contoh : investasi Rp. 150 ribu, setiap beberapa hari akan mendapat return yang besar hingga mencapai puluhan juta dan tiada hentinya. Secara logika, darimana uang tersebut didapat?. Mau putar di bursa saham saja, tidak mungkin bisa memberikan return ratusan kali lipat secara terus menerus dan tanpa resiko. Satu-satunya jalan, orang yang masuk belakangan mendanai mereka yang masuk di awal. Jika sudah tidak ada yang masuk, barulah bagian bawah piramid hancur. Kalau bawah hancur, pastilah akan ke atas, tinggal tunggu piramid tersebut hancur lebur.

Walaupun mustahil, tetapi yang tertipu sangat banyak. Kepiawaian si pembuat sistem-lah yang membuat orang meninggalkan pikiran dan menggunakan perasaan. Mereka mengecilkan arti Rp. 150 ribu, dibandingkan hasil yang akan didapat, sehingga orang berani ambil resiko. Hanya Rp. 150 ribu, ini akan merubah hidup anda! Mereka juga BERANI MENJAMIN, PASTI mendapatkan. Dalam dunia sales, jika anda Percaya Diri, maka akan menular kepada prospek anda. Mereka juga menggunakan testimoni dari orang yang sudah berhasil mendapatkan. Pertanyaan saya, apakah yang memberikan testimoni itu orang benar atau orang-orangan alias tidak ada orangnya, hanya karangan si pembuat sistem. Siapa yang paling diuntungkan dari sistem ini? Pastilah si pembuat sistem. Karena dari setiap uang yang disetorkan, ia mendapatkan bagian.

Masih banyak contoh-contoh lain, tetapi intinya, saya ingin mengingatkan para pengusaha untuk berpikir jernih. Perlu proses dan kerja cerdas untuk mewujudkan impian anda. Asah terus kemampuan, ketrampilan dan attitude anda, maka Sukses akan menghampiri. Ambil pelajaran dari para penipu, tetapi gunakan di jalan yang benar :
- Sesuatu yang heboh akan menarik perhatian pasar. Selalu berinovasi, maka akan tetap menarik perhatian dari prospek atau pelanggan anda.
- Anda harus memiliki keyakinan yang tinggi terhadap produk atau jasa anda. Percaya diri dan keyakinan terhadap produk atau jasa akan menular kepada prospek anda.
- Anda harus dapat meyakinkan prospek bahwa manfaat yang didapat jauh-jauh melebih harga yang mereka bayar.
- Testimoni mempunyai kekuatan yang dahsyat. Kumpulkan testimoni dari pelanggan anda yang benar-benar puas dan komunikasikan ini ke prospek anda.

Jika anda menyukai artikel ini, silakan kunjungi website www.omzetter. com. Anda akan menemukan berbagai artikel Sales & Marketing lainnya yang dapat membantu meningkatkan bisnis anda. Semoga Bermanfaat!

Salam Omzetter,

Norman Firman MBA
Sales & Marketing Coach