Monday 19 May 2008

Kalau Hanya Ada Satu Pemenang – Mengapa Kita Ikut Bertanding?

Dapet dari milis, posting kang Dadang

Kalau Hanya Ada Satu Pemenang – Mengapa Kita Ikut Bertanding?


Salah satu alasan mengapa kita memiliki frase `kalah sebelum
bertanding' adalah karena pada kenyataannya begitu banyak orang yang
enggan untuk ikut dalam pertandingan menyusuri hidup. Hanya karena
mereka tahu bahwa mereka tidak akan pernah menjadi pemenang. Jika
hidup kita adalah soal kalah dan menang, mungkin cara berpikir itu
bisa diterapkan. Namun, pada kenyataannya hidup kita tidak selamanya
tentang kalah dan menang. Memang, ada kalanya kita harus terlibat
dalam permainan seperti itu. Jika kita tidak mengalahkan orang lain,
maka orang lain akan mengalahkan kita; dan kita menjadi pecundang.
Namun, sebagian besar kegiatan dalam hidup kita bukan soal itu.
Melainkan soal; bagaimana kita menjalani hidup itu sendiri. Oleh
karena itu, dalam banyak situasi; `menjalani' hidup itu lebih
penting daripada hasil akhirnya.

Anda tentu masih ingat sebuah kisah klasik tentang seorang lelaki
lugu yang tengah duduk diteras sebuah kedai dipinggir jalan. Ketika
mendekatkan cangkir kopi ke bibirnya, dia terperangah, karena tiba-
biba saja ada segerombolan orang yang berlarian. Ia lalu bertanya
kepada pelayan;"Kenapa sih orang-orang itu pada berlarian begitu?"
Sang pelayan menjawab:"Ini perlombaan lari marathon, Tuan." Ia
tersenyum dengan ramah, kemudian melanjutkan: "Pemenangnya akan
mendapatkan sebuah piala." Katanya. Lalu lelaki itu berkata;"Kalau
hanya pemenangnya yang mendapatkan piala, kenapa orang-orang yang
lainnya juga pada ikut berlari...?"

Kemungkinan besar, didunia nyata tidak ada manusia yang cukup lugu
untuk melakukan dialog seperti itu. Setidak-tidaknya dalam
konteks `lomba lari marathon'. Kita semua tahu bahwa pemenang lomba
lari marathon hanya satu orang. Atau paling banyak 3 orang. Jika
panitia berbaik hati menyediakan hadiah sampai juara harapan ketiga
seperti ketika kita sekolah di TK dulu, maka jumlah pemenangnya
paling banyak ada 6 orang. Tetapi, kita tidak cukup bodoh untuk
mempertanyakan; "Mengapa ratusan orang lainnya ikut berlari juga?"
Tetapi, mari cermati kehidupan sehari-hari kita. Secara tidak
langsung kita sering mengajukan pertanyaan naif seperti itu. Kita
begitu seringnya bertanya; kenapa orang kecil seperti kita mesti
kerja habis-habisan? Paling hasilnya cuma segitu-gitu juga.

Ketika masih disekolah menengah dulu, saya beberapa kali mengikuti
10K Marathon Competition. Dalam perlombaan itu, selalu saja ada
atlet profesional dari pelatda yang ikut serta. Tapi, jumlah mereka
tidak banyak. Sedangkan, ratusan peserta lainnya adalah mereka yang
paling banter hanya berolah raga seminggu sekali saja, termasuk saya
dengan tubuh kerempeng dan napas yang pas-pasan ini. Bahkan ada juga
peserta yang sudah lanjut usia. Nyaris tidak mungkin kami bisa
menang. Kami semua mengetahui hal itu. Tapi, mengapa kami tetap ikut
perlombaan itu? "Ya, kenapa Kakek mengikuti perlombaan ini?" Anda
boleh bertanya begitu kepada si Kakek veteran perang kemerdekaan
yang ngotot mau ikut perlombaan. Dan dia akan menjawab: "Kakek mah,
yang penting sehat, cucu. Tidak apa-apa menang juga. Yang penting
sehat...." Alah, yang penting sehat, kata si Kakek.

Kalau anda tanyakan itu kepada orang dewasa lainnya, mereka akan
menjawab: "Demi kesehatan, Mas. Kita perlu berolah raga. Kalau
menang syukur. Tidak juga yah, tidak apa-apalah. Yang penting
sehat." Sedangkan, gadis-gadis remaja berusia belasan tahun akan
menjawab:"Tau deh, Mas. Pokoknya seru ajjah. Bisa ketemuan sama
teman-teman. " Dan dari para lelaki kecil yang sedang puber seperti
saya waktu itu, mungkin anda akan mendengar:"Asyik Mas. Banyak cewek
kece yang ikutan...." Pendek kata, ada begitu banyak alasan mengapa
orang ikut serta dalam perlombaan lari marathon itu; meskipun mereka
tahu tidak akan menang. Dan diakhir pertandingan, kita selalu bisa
menemukan senyum kepuasan disetiap wajah yang mengikuti perlombaan.
Ketika sang atlet pelatnas naik pentas untuk menerima tabanas;
setiap orang ikut merasa puas. Tidak ada iri dihati ini. Sebab, dari
awal pun kita sudah tahu bahwa hadiah tabanas dan piala itu bukan
untuk kita.

Kita mempunyai bagian masing-masing dalam perlombaan itu. Sang
Kakek, mendapatkan kesempatan untuk berolah raga dengan gembira demi
kesehatannya. Para pemuda senang dengan keringat yang membasahi
seluruh tubuhnya. Para remaja gembira karena bertemu dengan rekan-
rekan seusianya. Sambil ngeceng satu sama lain. Dan tampaknya, semua
orang mendapatkan kemenangannya masing-masing. Kecuali orang-orang
yang memilih tidur dibawah selimut. Dan mereka yang hanya nongkrong
dipinggir jalan yang dilewati para pelari.

Lomba lari marathon mungkin sudah bukan olah raga populer lagi
dijaman ini. Tetapi, esensinya masih tetap ada hingga kini.
Kehidupan kita, tidak ubahnya seperti perlombaan lari marathon itu.
Ada sejumlah hadiah disediakan bagi mereka yang berkoneksi sangat
kuat. Bermodal teramat besar. Dan berkedudukan begitu tinggi. Namun,
jika saja orang-orang yang tidak memiliki semua keistimewaan itu
memilih untuk berhenti sebelum bertanding; kehidupan kita mungkin
akan berubah wajah. Menjadi sebuah ironi ketidakberdayaan.
Untungnya, sebagian besar manusia sederhana yang kita lihat adalah
orang-orang tangguh. Mereka adalah pejuang hebat yang tidak mudah
menyerah. Tengoklah mereka yang tidak pernah lelah untuk terus
merengkuh hidup. Mengagumkan sekali. Meskipun mereka tahu bahwa
tidak mungkin untuk mendapatkan pendapatan sejumlah miliaran atau
sekedar ratusan ribu rupiah saja; namun mereka tetap melangkah, ikut
terlarut dalam geliat hidup. Mereka tidak hendak berhenti. Sebab,
sekalipun tahu bahwa uang besar adalah jatah orang-orang besar,
namun ikut terlibat dalam permainan keseharian adalah pilihan yang
paling bijaksana.

Jika kita berkesempatan untuk menyasar ke pasar-pasar pada pukul dua
pagi, kita akan menemukan orang-orang dari jenis ini. Tukang
gorengan. Para penyapu jalan. Para petugas pembersih toilet digedung-
gedung perkantoran. Para buruh tani. Ibu-ibu tukang cuci pakaian.
Para hansip dan petugas keamanan. Para guru bantu disekolah-sekolah
reyot . Aih, betapa banyaknya orang yang ikut dalam lari marathon
kehidupan ini. Apakah mereka akan mendapatkan piala? Tidak. Lantas,
mengapa mereka ikut berlari? Karena, mereka ingin mengajari kita
tentang hidup. Mengajari kita? Ya. Mengajari kita. Karena kita yang
lebih beruntung ini sering sekali menyia-nyiakan hidup. Kita
terlampau mudah untuk berkeluh kesah. Ketika kita tahu akan kalah,
kita langsung menyerah. "Untuk apa kita bekerja jika dibayar dengan
upah murah? Cuma membuat kaya para pengusaha saja!" Begitu kita
sering berkilah. "Ngapain susah-susah begitu jika hasilnya cuma
segini?" Kemudian kita memilih untuk tidur lagi. "Kalau begini
caranya, aku berhenti saja!" Lalu kita keluar dari arena. Malu kita
oleh orang-orang sederhana itu.

Padahal, Ayah dan Ibu sudah menyekolahkan kita dengan bersusah
payah. Mereka mengumpulkan rupiah, demi rupiah. Dengan terengah-
engah. Supaya kita bisa kuliah. Setelah kita lulus sekolah? Kita
menjadi orang-orang yang begitu mudahnya untuk menyerah kalah.
Setiap kali dihadapkan pada jalan yang menanjak sedikit saja, kita
sudah cepat merasa lelah. Ketika tersandung dengan kerikil kecil
saja, kita sudah mengeluh seolah kehilangan kaki sebelah. Bukan
peristiwanya yang menjadi musibah. Melainkan sikap kita untuk
memilih menjadi manusia bermental lemah.

Malu kita oleh orang-orang sederhana itu. Meskipun mungkin mereka
tidak sepintar kita. Tidak sekolah setinggi kita. Tidak berkulit
semulus kita. Namun, semangat mereka dalam menjalani hidup, bukanlah
tandingan bagi kita. Cobalah sesekali tengok garis-garis wajah
mereka. Disana kita akan menemukan sebuah gambaran tentang hidup
semacam apa yang mereka jalani setiap hari. Tidak lebih mudah dari
kita. Sekalipun begitu; mereka enggan untuk berhenti. Mereka terus
berlari. Untuk berlomba dalam marathon ini. Perlombaan yang
hadiahnya mereka definisikan sendiri. Yaitu; menunaikan panggilan
hidup. Dan, apakah sesungguhnya panggilan hidup itu? Untuk menjalani
kehidupan itu sendiri. Dengan segenap bekal yang telah Tuhan berikan
didalam diri kita masing-masing. Bersediakah kita mendayagunakannya?

Hore,
Hari Baru!
Dadang Kadarusman
http://dizhang.multiply.com/
http://www.dadangka darusman.com/

Catatan Kaki:
Hidup tidak selamanya tentang kalah dan menang. Melainkan tentang
bagaimana kita menjalaninya dengan tindakan-tindakan yang memberi
makna positif

Friday 16 May 2008

Sejarah Web 2.0

Dari milis IYE


Web 2.0


Awal tahun 2000 adalah era kehancuran banyak bisnis dotcom. Miris
sepertinya, gembar gembor internet justru berlawanan dengan hasilnya.

Namun internet adalah sebuah potensi yang besar. Pada dasarnya adalah
sebuah kekuatan media yang amat dahsyat di era millennium. Inilah yang
menyebabkan O'Reilly berpikir untuk menganalisa mengapa begitu banyak
bisnis dotcom yang mati namun tetap ada beberapa pemain yang justru
selamat dari tsunami online.

Apa yang dimiliki bisnis yang bertahan pada era kehancuran dotcom
namun tidak dimiliki oleh yang lain. O'Reilly sang maestro dunia web
ini menyebut era baru dunia word wide web sebagai Web 2.0.

Apa bedanya era Web 2.0 dengan era sebelumnya? Ada beberapa contoh,
diantaranya :

Web 1.0 —> Web 2.0
Personal website —> Blogging
Britanica Online —> Wikipedia
Page views —> Cost per click
Publishing —> Partisipasi
Direktori (taxonomy) —> tagging (folksonomi)
Stickiness —> sindikasi
Screen tapping —> web service

Ouriel mendefinisikan lebih sederhana lagi : Web 1.0 adalah tentang
diri kita sendiri, sedangkan Web 2.0 adalah tentang interaksi kita
dengan orang lain. Web 1.0 adalah internalisasi, Web 2.0 adalah
eksternalisasi.

Lalu, seperti apakah Web 2.0 itu? O'Reilly memaparkan ciri-ciri sebuah
web 2.0 sebagai berikut :

1. Web sebagai suatu platform
Platform adalah tempat dimana suatu aplikasi dijalankan. Contohnya
adalah Microsoft dimana pada system operasi tersebut dapat dijalankan
aplikasi Corel Draw, Adobe, dll. Maka suatu web dengan berbagai
aplikasinya dikatakan golongan Web 2.0 apabila bisa dijalankan di
berbagai platform tidak hanya terkait pada satu sistem operasi saja.
Contohnya adalah ketika sebuah aplikasi bisa dijalankan di windows,
macintosh atau linux.

2. Memanfaatkan kepandaian secara kolektif
Hal yang menarik pada aplikasi web 2.0 adalah memanfaatkan kepandaian
orang untuk membuat kontribusi secara kolektif. Contoh yang nyata
adalah Wikipedia. Wikipedia adalah sebuah ensiklopedia online yang
memperbolehkan user berkontribusi untuk membuat dan mengedit artikel.
Dengan cara ini hasilnya cukup mengejutkan karena Wikipedia dapat
mengalahkan kelengkapan ensiklopedia komersial seperti Encarta.
Contoh lain adalah youtube dan flickr. Dimana user dapat dengan bebas
mendownload dan mengupload file berbentuk video dan gambar.

3. Kekuatan data
Dalam aplikasi web 2.0, kekuatan data menjadi amat penting. Oleh
karena itu sebuah manajemen data pada aplikasi web 2.0 pun menjadi
sangat penting.
Contohnya adalah Amazon. Amazon mempunyai data buku yang bukan hanya
lengkap, namun disertai oleh review, rating pengguna,dll. Di Indonesia
kita mempunyai contoh Bhineka.com, sang pionir toko online komputer.
Bhineka.com unggul dibanding toko-toko komputer online lainnya karena
bhineka dilengkapi dengan keterangan-keterang an lain selain
spesifikasi produk pada umumnya.
Sebuah perusahaan yang mengimplementasikan web 2.0 harus memiliki
manajemen data yang sangat kuat. Kemudian menyajikannya pada konsumen
secara tertata.

4. Siklus update yang cepat
Pada era web 1.0, siklus update jauh lebih lama dibanding pada era
2.0. Lihat saja Microsoft Office yang memiliki versi 97, 2000, XP,
2003 dan 2007. Bandingkan dengan open source Joomla yang siklus
releasenya jauh lebih cepat dalam hitungan bulan.
Oleh karena itu update menjadi hal yang fundamental pada era web 2.0.
Search engine google pun member apresiasi yang tinggi kepada web-web
yang sering di update.

5. Model programming ringan
Aplikasi yang terkenal pada era web 2.0 adalah AJAX dan RSS. Kedua
aplikasi ini bobotnya sangat ringan namun tetap atraktif dan dinamis.
Aplikasi yang ringan tersebut selanjutnya memunculkan penggabungan
beberapa aplikasi web sehingga membentuk suatu model layanan baru.
Istilahnya adalah mashup.
Lihat Google Maps. Google maps adalah suatu aplikasi web yang ringan
sehingga membuat Housingmaps dapat menggabungkan layanan Google Maps
dengan Craiglist.

6. Integrasi berbagai Device
Web 2.0 tidak lagi dibatasi pada PC platform. Contoh terbaik adalah
iTunes yang mengintegrasikan berbagai platform. iTunes dijual dalam
bentuk toko musik online. Kemudian pengguna yang membeli lagu
mendownload iTunes ke komputer. Dari komputer, file tersebut
ditransfer ke dalam mobile device.
Pengintegrasian iTunes singkatnya adalah sebagai berikut : Server
internet – komputer – mobile device.

7. Kaya akan user interface
Punggawa mainstream Web 2.0 adalah Gmail dengan teknologi AJAX. Gmail
adalah sebuah aplikasi Web 2.0 yang kaya akan user interface meskipun
jalan di dalam browser. Teknologi seperti AJAX membuat aplikasi web
memiliki waktu respon yang cepat. Google Maps pun seperti itu dimana
user dapat menjelajah peta namun dengan waktu yang cepat.

Dari paparan O'Reilly jelaslah bahwa pelopor Web 2.0 adalah Google.
Google membuat pemiliknya, Sergey Bin dan Larry Page masuk dalam 10
besar orang terkaya di dunia.

Dalam dunia marketing, Web 2.0 menggabungkan antara teknologi dan CRM
(Customer Relationship Marketing). Maka pencapaian era 2.0 akan lebih
sempurna ketika dapat menggabungkan antara seni, konsep dan pasar
(Art, Concept & Market).

Bagi Anda yang internet minded & customer minded, sudahkah Anda
berjalan menuju era Web 2.0?

Wassalam,

Guk Seta
www.divren.co. id
www.logika-hati. com

Thursday 15 May 2008

kumpulan naskah online

Kumpulan naskah online

Buat yang suka baca baca
di link ini bisa membaca semua hal, tersedia ribuan naskah online dalam berbagai bahasa.
kamu juga bisa posting naskahmu untuk dipajang di sini.
linknya : http://www.scribd.com/

Bagi yang koneksinya terbatas atau lebih nyaman baca teks book, buku beneran bisa klik di : http://tokobukutaro.com, tempatnya belanja buku online harga diskon

Wednesday 14 May 2008

Point dari pandangan RK

Point dari pandangan RK adalah meningkatkan income/cashflow dari segala kuadran (dari E, S, B dan I). Bukan dari statusnya. Apakah kamu Karyawan, atau Pengusaha???
Jika Income sudah tinggi, diinvestasikan ke kuadran B dan I yang menghasilkan Passive Income.
Jika Passive Income sudah tinggi (dari kuadran B dan I), maka bekerja di kuadran E adalah pilihan, bukan keharusan.

Salesman.
Saya tidak pernah bekerja sebagai Salesman, dan tidak mempunyai latar belakang itu. Tapi OK2 aja tuch....!!!!

Banyak perusahaan yang mempunyai training yang baik, seperti Indofood, Unilever, Astra dsb.dsb.dsb.
Tapi yang paling baik, menurut RK, adalah Networking. Coba baca " Business School. For people who like helping people" .

Semoga bermanfaat.


Note : kalo mau cari bukunya RK
Beli aja di http://tokobukutaro.com
Toko Buku Online lengkap harga hemat
Dapet diskon gitu....

tambah lageeee

Menurut RK ada 3 jalan untuk mencapai keberhasilan finansial, yaitu;
1. Bisnis (saya punya Alfa/kuadran " B" dan Yogen/kuadran " S" )
2. Properti (saya punya apartemen sewaan/kuadran " I" )
3. Paper Asset (saya lagi/sedang belajar Index dan Options).

Target utama saat ini adalah CASHFLOW. Bisnis dan Properti (di atas) menghasilkan cashflow. Cashflow naik, di-investasikan ke Bisnis dan Properti lagi. Hasilnya cashflow lagi. Setelah cashflow mencapai 3x lebih besar daripada Expenses, masuk ke Paper Asset. Target Paper Asset adalah CAPITAL GAIN. Punya Capital, di-investasikan kembali di Bisnis dan Properti dengan akselerasi yang lebih cepat karena punya capital yang besar.

Target saya, tahun depan punya 1 Alfamart lagi. Ketika target ini tercapai, maka income saya menjadi 3x lebih besar daripada Expenses saya. Artinya, setiap bulan saya punya kemampuan melakukan investasi sebesar 2x Expenses saya atau investasi yang saya lakukan tidak akan mengganggu dapur dan kebutuhan keluarga saya sekeluarga.

Jadi dari semua buku RK yang saya baca, tujuan utamanya (intinya) adalah CASHFLOW....CASHFLOW....CASHFLOW....

Tingkatkan Cashflow/Income anda (dari segala kuadran) sampai dengan minimal 3x lebih besar daripada Expenses anda. Pada saat hal itu tercapai maka kerjaan anda adalah investasi...investasi...investasi...baik untuk cashflow maupun capital gain.

Investasilah untuk menghasilkan Pasive Income. Ketika Pasive Income mencapai 3x lebih besar daripada Expenses, maka anda telah mencapai Financial Freedom (F/F).

F/F = 3PI > Expenses.

Semoga bermanfaat.

Salam,
BUDI Rachmat

Garis Besar Buku Robert T Kiyosaki

Daripada di bodohin ma agen MLM yang terus memakai bukunya RK sebagai senjata, seakan akan bukunya RK adalah kitab sucinya MLM, akhirnya dapet ini dari mas Budi di milis IYE.

Thanks mas Budi maaf tulisan anda saya cuplik tanpa ijin dahulu

From: Budi Rachmat [mailto:budi_rachmat@yahoo.com]
Sent: 28 Agustus 2004 22:10
To: ......@yahoogroups.com
Subject: Robert T.Kiyosaki: pemikiran dan
implementasinya

Rekans,

Saya mo sharing tentang Robert T.Kiyosaki dan
pemikirannya.

Saya sudah baca -+ 9 buku RK dan menurut saya yg
dikemukakan oleh RK adalah mengenai INCOME/PENDAPATAN
atau tepatnya CASHFLOW/ARUS KAS.
BUKAN STATUS (sebagai karyawan/pegawai atau pemilik
small shop atau pemilik Big Bisnis atau Investor).
Jadi yang dikemukakan adalah darimana sebenarnya income/pendapatan itu berasal, bukan apa status kita.

Nah... darimanapun income itu bisa berasal dapat diklasifikasikan kedalam kuadran E,S,B,I.

Contohnya;
Income seorang dokter bisa berasal dari E,S,B,I yaitu;
- pagi dia praktek RSUP sebagai pegawai negri ==>
income dari kuadran E.
- sore praktek di rumah sebagai dokter ahli ==>
income dari kuadran S.
- dia punya klinik bersama yang dikelola para
profesional ==> kuadran B.
- dia beli beberapa apartemen/rumah untuk dikontrakan
==> kuadran I.

Tidak ada yang " tidak baik" dari kuadran2 tersebut,
menurutku yg " tidak baik" adalah bila tidak mempunyai
income.

Setiap kuadran mempunyai karakter masing2, antara
lain;
- kuadran E dan S (Kiri) adalah Aktive Income.
Dimana untuk mendapatkan income tsb diperlukan WAKTU
yang sangat signifikan.

- kuadran B dan I (Kanan) adalah Pasive Income.
Dimana untuk mendapatkan income tsb tidak diperlukan
WAKTU yang banyak/panjang, seperti di Aktive Income.

Pandangan lainnya yang menarik dari RK adalah hubungan
antara INCOME dan EXPENSES dengan ASET dan LIABILITI (kewajiban), yaitu;
Aset : adalah harta/pekerjaan/sesuatu yang
menciptakan INCOME,
Liabiliti : adalah harta/pekerjaan/sesuatu yang
menciptakan KEWAJIBAN/expenses.

Sebelum baca buku RK, saya pikir, rumah, mobil,
apartemen yang saya miliki adalah Aset.....
eecchhh.... setelah baca buku, ternyata Liabiliti.....
karena telah meciptakan KEWAJIBAN... bayar listrik,
air, penjaga rumah, bensin, service dsb....

Pandangan lainnya, yaitu FF = 3PI > Expenses, yaitu:
seseorang yang disebut Financially Freedom jika Pasive Incomenya 3 x lebih besar dari pada Expensesnya.

Garis besar isi daripada buku2 RK, sbb;

1. CASHFLOW QUADRANT, mengenai darimana aja sebetulnya
income bisa diperoleh?? Bagaimana sifat daripada
income tsb??....... sumber income adalah E/S/B/I.

2. RICH DAD POOR DAD. Cerita " perjalanan
hidup/pemikiran" Robert T. Kiyosaki
===>>> yang pada akhirnya timbul konsep financial
yaitu Cashflow Quadrant, di atas.

Si Rich Dad, orang tua temennya yang menjadi
pembimbing financial-nya.
Muda cukupan, tua kaya-raya. Karena mempersiapkan
income dari B&I.

Si Poor Dad, orang tua kandungnya.
Muda cukupan, tua miskin. Karena hanya mengandalkan
income dari kuadran S.

Ke-2 buku di atas adalah " JIWA" dari seluruh
buku/pemikiran RK, sedangkan buku2nya yang lain...., menurut-ku, lebih ke bagaimana caranya (How to) untuk mencapai PASSIVE INCOME....

3. BUSINESS SCHOOL. Cara merubah mental jika mo
memindahkan income dari kuadran Kiri (E&S) ke kuadran
Kanan (B&I).

4. RICH KID SMART KID. Cara/perlunya memberikan
pelajaran Financial sedini mungkin.

5. RETIRE YOUNG RETIRE RICH. Cara/perlunya mempunyai
Financial Plan untuk income kita sendiri.

6. GUIDE TO INVESTING. cara/trik2 investasi yang aman
dan potensial.

7. REAL ESTATE RICHES. cara/trik2 investasi dibidang
property.

8. WHO TOOK MY MONEY. cara/trik2 untuk investasi
jangkan panjang.

9. SUCCESS STORY. cerita2 pendek dari mereka yang
mengikuti

"Stay Hungry. Stay Foolish"

Sumber milis IYE
Pidato Steve Job, pendiri Apple dan Pixar

Pidato Steve Job di Acara Wisuda Stanford University:

"Stay Hungry. Stay Foolish"

Saya merasa bangga di tengah-tengah Anda sekarang, yang akan segera lulus dari salah satu universitas terbaik di dunia. Saya tidak pernah selesai kuliah. Sejujurnya, baru saat inilah saya merasakan suasana wisuda. Hari ini saya akan menyampaikan tiga cerita pengalaman hidup saya. Ya, tidak perlu banyak. Cukup tiga.

Cerita Pertama: Menghubungkan Titik-Titik
Saya drop out (DO) dari Reed College setelah semester pertama, namun saya tetap berkutat di situ sampai 18 bulan kemudian, sebelum betul-betul putus kuliah. Mengapa saya DO? Kisahnya dimulai sebelum saya lahir. Ibu kandung saya adalah mahasiswi belia yang hamil karena "kecelakaan" dan memberikan saya kepada seseorang untuk diadopsi.

Dia bertekad bahwa saya harus diadopsi oleh keluarga sarjana, maka saya pun diperjanjikan untuk dipungut anak semenjak lahir oleh seorang pengacara dan istrinya. Sialnya, begitu saya lahir, tiba-tiba mereka berubah pikiran bayi perempuan karena ingin. Maka orang tua saya sekarang, yang ada di daftar urut berikutnya, mendapatkan telepon larut malam dari seseorang: "kami punya bayi laki-laki yang batal dipungut; apakah Anda berminat? Mereka menjawab:
"Tentu saja." Ibu kandung saya lalu mengetahui bahwa ibu angkat saya tidak pernah lulus kuliah dan ayah angkat saya bahkan tidak tamat SMA. Dia menolak menandatangani perjanjian adopsi. Sikapnya baru melunak beberapa bulan kemudian, setelah orang tua saya berjanji akan menyekolahkan saya sampai perguruan tinggi.

Dan, 17 tahun kemudian saya betul-betul kuliah. Namun, dengan naifnya saya memilih universitas yang hampir sama mahalnya dengan Stanford, sehingga seluruh tabungan orang tua saya- yang hanya pegawai r endah an-habis untuk biaya kuliah. Setelah enam bulan, saya tidak melihat manfaatnya. Saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan dalam hidup saya dan bagaimana kuliah akan membantu saya menemukannya. Saya sudah menghabiskan seluruh tabungan yang dikumpulkan orang tua saya seumur hidup mereka. Maka, saya pun memutuskan berhenti kuliah, yakin bahwa itu yang terbaik. Saat itu rasanya menakutkan, namun sekarang saya menganggapnya sebagai keputusan terbaik yang pernah saya ambil.

Begitu DO, saya langsung berhenti mengambil kelas wajib yang tidak saya minati dan mulai mengikuti perkuliahan yang saya sukai. Masa-masa itu tidak selalu menyenangka n. Saya tidak punya kamar kos sehingga nebeng tidur di lantai kamar teman-teman saya. Saya mengembalikan botol Coca-Cola agar dapat pengembalian 5 sen untuk membeli makanan. Saya berjalan 7 mil melintasi kota setiap Minggu malam untuk mendapat makanan enak di biara Hare Krishna. Saya menikmatinya. Dan banyak yang saya temui saat itu karena mengikuti rasa ingin tahu dan intuisi, ternyata kemudian sangat berharga. Saya beri Anda satu contoh:

Reed College mungkin waktu itu adalah yang terbaik di AS dalam hal kaligrafi. Di seluruh penjuru kampus, setiap poster, label, dan petunjuk ditulis tangan dengan sangat indahnya. Karena sudah DO, saya tidak harus mengikuti perkuliahan normal. Saya memutuskan mengikuti kelas kaligrafi guna mempelajarinya. Saya belajar jenis-jenis huruf serif dan san serif, membuat variasi spasi antar kombinasi kata dan kiat membuat tipografi yang hebat. Semua itu merupakan kombinasi cita rasa keindahan, sejarah dan seni yang tidak dapat ditangkap melalui sains. Sangat menakjubkan.

Saat itu sama sekali tidak terlihat manfaat kaligrafi bagi kehidupan saya. Namun sepuluh tahun kemudian, ketika kami mendisain komputer Macintosh yang pertama, ilmu itu sangat bermanfaat. Mac adalah komputer pertama yang bertipografi cantik. Seandainya saya tidak DO dan mengambil kelas kaligrafi, Mac tidak akan memiliki sedemikian banyak huruf yang beragam bentuk dan proporsinya. Dan karena Windows menjiplak Mac, maka tidak ada PC yang seperti itu. Andaikata saya tidak DO, saya tidak berkesempatan mengambil kelas kaligrafi, dan PC tidak memiliki tipografi yang indah. Tentu saja, tidak mungkin merangkai cerita seperti itu sewaktu saya masih kuliah. Namun, sepuluh tahun kemudian segala sesuatunya menjadi gamblang. Sekali lagi, Anda tidak akan dapat merangkai titik
dengan melihat ke depan; Anda hanya bisa melakukannya dengan merenung ke belakang. Jadi, Anda harus percaya
bahwa titik-titik Anda bagaimana pun akan terangkai di masa mendatang. Anda harus percaya dengan intuisi,
takdir, jalan hidup, karma Anda, atau istilah apa pun lainnya. Pendekatan ini efektif dan membuat banyak
perbedaan dalam kehidupan saya.

Cerita Kedua Saya: Cinta dan Kehilangan.
Saya beruntung karena tahu apa yang saya sukai sejak masih muda. Woz dan saya mengawali Apple di garasi orang tua saya ketika saya berumur 20 tahun. Kami bekerja keras dan dalam 10 tahun Apple berkembang dari hanya kami berdua menjadi perusahaan 2 milyar dolar dengan 4000 karyawan. Kami baru meluncurkan produk terbaik kami-Macintosh- satu tahun sebelumnya, dan saya baru menginjak usia 30. Dan saya dipecat.

Bagaimana mungkin Anda dipecat oleh perusahaan yang Anda dirikan? Yah, itulah yang terjadi. Seiring pertumbuhan Apple, kami merekrut orang yang saya pikir sangat berkompeten untuk menjalankan perusahaan bersama saya. Dalam satu tahun pertama,semua berjalan lancar. Namun, kemudian muncul perbedaan dalam visi kami mengenai masa depan dan kami sulit disatukan. Komisaris ternyata berpihak padanya. Demikianlah, di usia 30 saya tertendang.

Beritanya ada di mana-mana. Apa yang menjadi fokus sepanjang masa dewasa saya, tiba-tiba sirna. Sungguh menyakitkan. Dalam beberapa bulan kemudian, saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan. Saya merasa telah mengecewakan banyak wirausahawan generasi sebelumnya -saya gagal mengambil kesempatan. Saya bertemu dengan David Packard dan Bob Noyce dan meminta maaf atas keterpurukan saya. Saya menjadi tokoh publik yang gagal, dan bahkan berpikir untuk lari dari Silicon Valley . Namun, sedikit demi sedikit semangat timbul kembali- saya masih menyukai pekerjaan saya. Apa yang terjadi di Apple sedikit pun tidak mengubah saya. Saya telah ditolak, namun saya tetap cinta. Maka, saya putuskan untuk mulai lagi dari awal. Waktu itu saya tidak melihatnya, namun belakangan baru saya sadari bahwa dipecat dari Apple adalah kejadian terbaik yang menimpa saya. Beban berat sebagai orang sukses tergantikan oleh keleluasaan sebagai pemula, segala sesuatunya lebih tidak jelas. Hal itu
mengantarkan saya pada periode paling kreatif dalam hidup saya.

Dalam lima tahun berikutnya, saya mendirikan perusahaan bernama NeXT, lalu Pixar, dan jatuh cinta dengan wanita istimewa yang kemudian menjadi istri saya. Pixar bertumbuh menjadi perusahaan yang menciptakan film animasi komputer pertama, Toy Story, dan sekarang merupakan studio animasi paling sukses di dunia. Melalui rangkaian peristiwa yang menakjubkan, Apple membeli NeXT, dan saya kembali lagi ke Apple, dan teknologi yang kami kembangkan di NeXT menjadi jantung bagi kebangkitan kembali Apple. Dan, Laurene dan saya memiliki keluarga yang luar biasa. Saya yakin takdir di atas tidak terjadi bila saya tidak dipecat dari Apple. Obatnya memang pahit, namun sebagai pasien saya memerlukannya. Kadangkala kehidupan menimpakan batu ke kepala Anda. Jangan kehilangan kepercayaan. Saya yakin bahwa satu-satunya yang membuat saya terus berusaha adalah karena saya menyukai apa yang saya lakukan. Anda harus menemukan apa yang Anda sukai. Itu berlaku baik untuk pekerjaan maupun pasangan
hidup Anda. Pekerjaan Anda akan menghabiskan sebagian besar hidup Anda, dan kepuasan sejati hanya dapat diraih dengan mengerjakan sesuatu yang hebat. Dan Anda hanya bisa hebat bila mengerjakan apa yang Anda sukai. Bila Anda belum menemukannya, teruslah mencari. Jangan menyerah. Hati Anda akan mengatakan bila Anda telah menemukannya. Sebagaimana halnya dengan hubungan hebat lainnya, semakin lama-semakin mesra Anda dengannya. Jadi, teruslah mencari sampai ketemu. Jangan berhenti.

Cerita Ketiga Saya: Kematian
Ketika saya berumur 17, saya membaca ungkapan yang kurang lebih berbunyi: "Bila kamu menjalani hidup seolah-olah hari itu adalah hari terakhirmu, maka suatu hari kamu akan benar." Ungkapan itu membekas dalam diri saya, dan semenjak saat itu, selama 33 tahun terakhir, saya selalu melihat ke cermin setiap pagi dan bertanya kepada diri sendiri: "Bila ini adalah hari terakhir saya, apakah saya tetap melakukan apa yang akan saya lakukan hari ini?" Bila jawabannya selalu "tidak" dalam beberapa hari berturut-turut, saya tahu saya harus berubah. Mengingat bahwa saya akan segera mati adalah kiat penting yang saya temukan untuk membantu membuat keputusan besar. Karena hampir segala sesuatu-semua harapan eksternal, kebanggaan, takut malu atau gagal-tidak lagi bermanfaat saat menghadapi kematian. Hanya yang hakiki yang tetap ada. Mengingat kematian adalah cara terbaik yang saya tahu untuk menghindari jebakan berpikir bahwa Anda akan kehilangan sesuatu. Anda tidak memiliki apa-apa. Sama
sekali tidak ada alasan untuk tidak mengikuti kata hati Anda.

Sekitar setahun yang lalu saya didiagnosis mengidap kanker. Saya menjalani scan pukul 7:30 pagi dan hasilnya jelas menunjukkan saya memiliki tumor pankreas. Saya bahkan tidak tahu apa itu pankreas. Para dokter mengatakan kepada saya bahwa hampir pasti jenisnya adalah yang tidak dapat diobati. Harapan hidup saya tidak lebih dari 3-6 bulan. Dokter menyarankan saya pulang ke rumah dan membereskan segala sesuatunya, yang merupakan sinyal dokter agar saya bersiap mati. Artinya, Anda harus menyampaikan kepada anak Anda dalam beberapa menit segala hal yang Anda rencanakan dalam sepuluh tahun mendatang. Artinya, memastikan bahwa segalanya diatur agar mudah bagi keluarga Anda. Artinya, Anda harus mengucapkan selamat tinggal. Sepanjang hari itu saya menjalani hidup berdasarkan diagnosis tersebut. Malam harinya, mereka memasukkan endoskopi ke tenggorokan, lalu ke perut dan lambung, memasukkan jarum ke pankreas saya dan mengambil beberapa sel tumor. Saya dibius, namun istri saya, yang
ada di sana , mengatakan bahwa ketika melihat selnya di bawah mikroskop, para dokter menangis mengetahui bahwa jenisnya adalah kanker pankreas yang sangat jarang, namun bisa diatasi dengan operasi. Saya dioperasi dan sehat sampai sekarang. Itu adalah rekor terdekat saya dengan kematian dan berharap terus begitu hingga beberapa dekade lagi.

Setelah melalui pengalaman tersebut, sekarang saya bisa katakan dengan yakin kepada Anda bahwa menurut konsep pikiran, kematian adalah hal yang berguna:Tidak ada orang yang ingin mati. Bahkan orang yang ingin masuk surga pun tidak ingin mati dulu untuk mencapainya. Namun, kematian pasti menghampiri kita. Tidak ada yang bisa mengelak. Dan, memang harus demikian, karena kematian adalah buah terbaik dari kehidupan. Kematian membuat hidup berputar. Dengannya maka yang tua menyingkir untuk digantikan yang muda. Maaf bila terlalu dramatis menyampaikannya, namun memang begitu.

Waktu Anda terbatas, jadi jangan sia-siakan dengan menjalani hidup orang lain. Jangan terperangkap dengan dogma-yaitu hidup bersandar pada hasil pemikiran orang lain. Jangan biarkan omongan orang menulikan Anda sehingga tidak mendengar kata hati Anda. Dan yang terpenting, miliki keberanian untuk mengikuti kata hati dan intuisi Anda, maka Anda pun akan sampai pada apa yang Anda inginkan. Semua hal lainnya hanya nomor dua.

Ketika saya masih muda, ada satu penerbitan hebat yang bernama "The Whole Earth Catalog", yang menjadi salah satu buku pintar generasi saya. Buku itu diciptakan oleh seorang bernama Stewart Brand yang tinggal tidak jauh dari sini di Menlo Park , dan dia membuatnya sedemikian menarik dengan sentuhan puitisnya. Waktu itu akhir 1960-an, sebelum era komputer dan desktop publishing, jadi semuanya dibuat dengan mesin tik, gunting, dan kamera polaroid. Mungkin seperti Google dalam bentuk kertas, 35 tahun sebelum kelahiran Google: isinya padat dengan tips-tips ideal dan ungkapan-ungkapan hebat. Stewart dan timnya sempat menerbitkan beberapa edisi "The Whole Earth Catalog", dan ketika mencapai titik ajalnya, mereka membuat edisi terakhir. Saat itu pertengahan 1970-an dan saya masih seusia Anda. Di sampul belakang edisi terakhir itu ada satu foto jalan pedesaan di pagi hari, jenis yang mungkin Anda lalui jika suka bertualang. Di bawahnya ada kata-kata: "Stay Hungry. Stay Foolish."
(Jangan Pernah Puas. SelaluMerasa Bodoh). Itulah pesan perpisahan yang dibubuhi tanda tangan mereka. Stay Hungry. Stay Foolish. Saya selalu mengharapkan diri saya begitu. Dan sekarang, karena Anda akan lulus untuk memulai kehidupan baru, saya harapkan Anda juga begitu. ..Stay Hungry. Stay Foolish.

(Diterjemahkan oleh Dewi Sri Takarini, alumni sebuah perguruan tinggi di Australia )